Pengurus AJI Pusat Turun Tangan Lapor Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan ke Polda Maluku Utara

Pengurus AJI Indonesia dan Jurnalis Ternate saat mendatangi Polda Maluku Utara, Selasa 11 Oktober 2022.(beritadetik.id).
Pengurus AJI Indonesia dan Jurnalis Ternate saat mendatangi Polda Maluku Utara, Selasa 11 Oktober 2022.(beritadetik.id).

Beritadetik.idWakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, resmi dilaporkan ke Direktorat Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Maluku Utara, Selasa (11/10).

Laporan itu terkait dugaan kekerasan dan pengancaman yang dialami Nurkholis Lamaau, jurnalis cermat.co.id, di ruang SPKT Polres Tidore, Rabu (31/8).

Kedatangan Nurkholis ke Polda Malut didampingi para pengacara yang tergabung dalam tim pembela kekerasan terhadap jurnalis.

Bacaan Lainnya

Ikut hadir Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito Mardim, dan Ketua Bidang Advokasi AJI, Erik Tanjung.

Sasmito mengatakan, mewakili pengurus AJI yang tersebar di 40 kota, kehadirannya bersama Erik ke Ternate bertujuan mengawal kasus tersebut.

“Kebetulan Nurkholis juga anggota AJI Ternate. Tentu ini menjadi perhatian kita di nasional. Makanya kita datang ke Ternate,”ujarnya.

Ia menjelaskan, laporan ke Polda sempat diarahkan ke SPKT. Kemudian ke Direktorat Kriminal Umum (Dirkrimum). Lalu finishing ke Dirkrimsus.

AJI, kata Sasmito, akan mengawal kasus ini sampai dilimpahkan hingga ke pengadilan. “Kita tidak mau kasus kekerasan seperti ini dibiarkan,” tegasnya.

Alasan AJI begitu ngotot agar kasus ini diusut tuntas karena terduga pelaku adalah pejabat publik. “Wakil Wali Kota Tidore ya,”tandasnya.

“Orang yang seharusnya melindungi rakyat karena hidup dari pajak rakyat, sudah seharusnya melindungi rakyat. Bukan sebaliknya,”katanya.

Bagi Sasmito, hal seperti ini menjadi unsur pemberat. “Sebagai pejabat publik yang melindungi rakyat malah menjadi pelaku kekerasan,”ucapnya.

Yang dirugikan dalam kasus-kasus seperti ini, sambung Sasmito, tidak hanya komunitas pers. Sebab, jurnalis bekerja untuk publik.

“Jurnalis memberi informasi secara valid agar masyarakat bisa ambil keputusan yang tepat. Artinya, secara langsung sudah merugikan publik,”tegasnya.

Menurutnya, jika kasus seperti ini dibiarkan akan membuat jurnalis trauma atau ketakutan untuk menghasilkan karya-karya jurnalistik yang baik.

“Nah, ini yang saya pikir publik juga harus ikut mendorong. Karena kasus ini tidak hanya merugikan komunitas pers, tapi juga publik,”ujarnya.(*).

Editor : Ridwan Arief

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *