Pembunuhan dan Bayang-bayang Pertambangan di Gunung Damuli Patani Timur 

Yusril Kamaluddin

Oleh: Yusril Kamaluddin 

(Pendiri FORKATIM Kecamatan Patani Timur).

Di tengah tengah belantara hutan Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, atau secara histori disebutkan sebagai wilayah Fagogoru tepatnya di puncak hutan Patani Timur, terdapat salah satu dataran berketinggian hingga melangit yang di beri Nama Gunung Damuli. Menurut tetua dalam cerita peradaban, Gunung ini di kenal sebagai tempat yang mewariskan beragam catatan panjang sejarah masyarakat fagogoru.

Bacaan Lainnya

Alhasil, kini kembali menjumpai jejak buruk pada tgl 20 Maret 2021 kemarin, masyarakat Patani Halmahera Tengah di kejutkan dengan kasus pembunuhan yang menelan nyawa tiga warga, masing-masing korban di antaranya dari desa Masure, Kecamatan patani Timur, dari Desa Tepeleo, kecamatan Patani Utara, dan satunya dari Makean Soma, Kecamatan Malifut.

Terjadinya Peristiwa ini tepat dibawah kaki Gunung Damuli, di atas Kali Gowonle, Desa Damuli kecamatan Patani Timur, dimana tempat tersebut pada dekade yang lalu menjadi iming-iming untuk memasukkan investasi, mulai dari PT MRS berstatus Kelapa Sawit dan Perusahaan Batu Bara. Namun hal itu di halangi oleh masyarakat, pemuda dan juga mahasiswa Patani maupun Individu pro demokrasi yang terlibat dalam perjuangan kala itu.

Kemudian belakangan ini setelah kasus pembunuhan di hutan Patani yang pelakunya tidak kunjung di ungkapkan bahkan seakan didiami oleh pihak yang berwajib, Patani Timur khususnya di gemparkan dengan Isu masuknya investasi pertambangan. Bahkan ironinya, dalam konsesi peta wilayah dari isu perusahaan ini tepatnya di kejadian kasus pembunuhan. Isu yang beredar di kalangan masyarakat diketahui nama perusahaannya PT. Sinar Asih Sumber Makmur.

Kita bisa menilai, ada satu strategi yang di mainkan oleh Kapitalisme versus Oligarki dan orang orang tertentu dalam tubuh kekuasaan atas kasus pembunuhan yang terjadi di Hutan Patani Timur dalam korelasinya dengan isu investasi pertambangan, sebab seakan-akan masyarakat Patani semacam di takuti agar tidak lagi masuk ke hutan Patani untuk naik Pala, cengkeh, kelapa dan hasil pertanian lainnya. Berdasarkan atas situasi ini yang kerap melintasi pikiran masyarakat, ialah lebih baik lahan dan tanah kita di hutan Damuli itu, dijual saja agar investasi pertambangan ini masuk untuk melakukan pengoperasian sehingga tidak terjadi lagi pembunuhan.

Masyarakat Patani, khususnya Patani Timur, di pengaruhi lewat jalur kekuasaan untuk melakukan kaplingan, di iming-iming kan dengan uang ratusan juta. Ya memang begitulah cara alternatif dalam ekspansi investor untuk mempengaruhi masyarakat agar menjual lahannya.

Berbagai macam metodologi agar meloloskan investasi pertambangan. Padahal yang memetik keuntungan paling besar dalam kerusakan ekologi lingkungan dan kemanusiaan ini adalah mereka yang hanya mementingkan kepentingan kelompok dan diri sendiri. Oligarki, pemodal, maupun pejabat-pejabat yang rakus.

Masyarakat Patani itu belum pernah merasakan dampak buruk investasi pertambangan, karena di hutan Patani belum ada yang namanya investasi pertambangan, hanya sebagian orang yang pernah kerja dan melihat langsung, bagaimana kekejaman investasi pertambangan dalam merampas lahan warga, mencemari lingkungan, air, polusi dan lain lain. Orang orang ini yang mungkin pernah kerja di PT IWIP, ANTAM, pula Gebe dan investasi lainnya yang ada di Maluku Utara, Pulau Obi misalnya.

Kita harus jujur dan terbuka bahwa Halmahera Tengah saat ini di incar untuk di jadikan sebagai tempat perampasan sumber daya alam, untuk memperkaya kelompok kelompok tertentu, baik oligarki, penguasa, pejabat, dan lain-lain.

Kita tau bersama bahwa, Weda/Lelilef dan Gebe adalah wilayah yang sudah di garap habis habisan oleh Investasi, tapi apa yang mereka dapatkan, jaringan 4G dan Air bersih saja susah untuk di rasakan oleh masyarakat setempat, pula gebe misalnya. Artinya jauh dari harapan kesejahteraan yang awalnya di doktrin dan di dikte oleh pihak Investasi pertambangan. Namun apa yang terjadi dibalik itu. Ternyata di dapatkan aleh wilayah wilayah lingkar tambang adalah banjir, pencemaran lingkungan, krisis air bersih, polusi, pembunuhan, kecelakaan dan berupa problem etik lainya.

Ketidak puasan perampasan sumber daya alam di pulau Gebe dan Lelilef bahkan Halmahera Timur itu, kini yang jadi incaran Investor adalah wilayah Patani Timur, lebih khususnya Gunung Damuli, tempat di mana kasus kebiadaban dan kejahilan pembunuhan itu terjadi.

Masyarakat Patani selama ini hidup berdampingan dengan Pala, cengkeh, kelapa, sagu, dan memiliki air yang sangat melimpah. Selama ini masyarakat Patani menyekolahkan anak anaknya hingga jadi sarjana itu karena hasil pertanian, bukan pertambangan. Masyarakat Patani tidak bergantung pada investasi yang merusak lingkungan, air, laut dan tanah.

Dari itu atas nama cinta yang tumbuh di tubuh negeri fagogoru, atas nama dara yang mengalir dari tetesan Negeri Photon’s, atas naman penerus Alim re Ulama, dari Kataib batu tunggal di tengah kali Gowonle yang berdiri tegak, dari tanjung ngolopopo yang perkasa, atas nama Gunung Damuli dengan sejuta jejak dan sejarahnya, kami atas nama generasi Patani Timur, menolak tunduk pada oligarki, elite politik borjuis. kami menolak keras izin usaha pertambangan di daratan Patani.

Sudah cukup negri Fagogoru di perlihatkan oleh kekacauan ulah dari investasi pertambangan, kerusakan, konflik sosial, miras, pencemaran, penggusuran, pergeseran budaya, agama.

Olehnya itu sebagai penulis catatan ini ingin menegaskan, bahwa jaga Patani. Jaga Hutan Damuli dari ancaman Investasi pertambangan, jadikan Patani sebagai lumbung perikanan dan pertanian. Jika Weda sudah di tambangi, Gebe suda di tambangi, Maba suda di tambangi, maka Patani adalah benteng terakhir untuk mempertahankan peradaban masyarakat Fagogoru.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *