Catatan Refleksi Dies Natalis GMNI ke- 69

Sekertaris GMNI DPK Teknik UMMU, Asyadi S. Ladjim. (Istimewa).

“Soekarno pernah berkata dalam konferensi besar GMNI di Kaliurang, (Yogyakarta 17 Februari 1959). “Marhaenis adalah setiap pejuang, patriot bangsa yang mengorganisasi berjuta-juta kaum Marhaen”.

 

Oleh: Asyadi S. Ladjim

Bacaan Lainnya

(Sekertaris GMNI DPK Teknik UMMU)

 

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, mungkin tidak asing lagi dibenak teman-teman apalagi para pejuang istilah kaum Marhaen yakni kader- kader nasionalis (GMNI) seketika
mendengar nama dan perjuangan sosok pahlawan Bung Karno, yang terkenal dengan retorikanya saat
berpidato dalam membangun diplomasi kemerdekaan bangsa Indonesia dan konferensi Asia Afrika
pada Tahun 1955 di Bandung saat diangkat menjadi Presiden RI. Bung Karno ialah satu-satunya pahlawan yang menentang dan anti terhadap sistem kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme Barat dan
memegang teguh kebudayaan Nusantara dan orang yang taat dalam menjalankan perintah agama (Islam).

Sebelum dibahas lebih lanjut, saya ingin lebih duluh menjelaskan apa itu kata pahlawan biar teman-teman tidak salah menafsirkan tentang pahlawan, karena biasanya orang yang salah menafsir akan memberi penilaian yang tidak tepat. Dan perlu diketahui bahwa tuduhan- tuduhan itu terjadi pada sosok pahlawan Bung Karno yang dalam hal ini dituduh bekerjasama dengan PKI dalam mendukung
Gerakan 30 September (G-30-S/PKI).

Kata Pahlawan secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu phala-wan, artinya seseorang yang mengasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang
yang gagah berani.

Bung Karno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dalam status Tahanan Rumah karena dituduh berkhianat kepada bangsa dan negara yang beliau ikut berjuang merebut dan memerdekakannya itu
sebagaimana bagian konsideran/Menimbang TAP MPRS XXXIII/MPRS/1967 tersebut dibawa sampai
Bung Karno wafat. Selanjutnya, pemerintah Orde Baru melakukan berbagai langkah politik yang terstruktur, sistematis dan masif untuk mengahapuskan memori kolektif bangsa Indonesia tentang sosok, peran dan sumbangsih Bung Karno kepada bangsa dan negara Indonesia. Secara ideologis politik,
pemerintah Orde Baru juga melakukan manipulasi dan distorsi tentang sejarah dan peran Bung Karno dalam pembentukan Pancasila sebagai dasar negara.

Dalam perkembangannya kemudian secara yuridis formal, sebenarnya Pemerintah Republik
Indonesia telah mengakui kekeliruannya atas tuduhan Bung Karno berkhianat kepada bangsa dan negaranya. TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 sebagaimana telah dijelaskan diatas. Telah dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi sesuai ketentuan dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum TAP MPRS dan TAP MPR RI Sejak Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.

Terus bagaimana relasinya peristiwa yang dialami oleh Bung Karno dengan kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)? Nah, ini yang menarik dibahas untuk dipahami dan digerakkan melalui sosialisasi dan implementasikan oleh kader-kader GMNI. GMNI memiliki motif perjuangan yang sangat dominan, dimana berjuang bersama-sama rakyat dan berjuang untuk rakyat. GMNI berazaskan Marhaenisme yang lahir dari ide politis Soekarno yang penting, tetapi jarang dirumuskan secara jelas dan sistematis oleh kader-kader GMNI itu sendiri. Dari ilustrai itulah kedekatan Bung Karno dengan GMNI dan bahkan Bung Karno sendiri menjadi Tokoh besar dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang bermula dari Gerakan 66 sampai saat ini dan Seterusnya. Maka masalah yang dialami oleh Bung Karno juga bagian dari masalah GMNI, saling berkaitan (link and match). Bahkan dalam gerakan 66 tuduhan ini bukannya dilontarkan ke Bung Karno melainkan juga GMNI yang konon berhubungan erat dengan PKI. Tuduhan itu tidak sangat benar, perlu diulang kembali bahwa tuduhan itu tidak benar karena memang GMNI menjunjung tinggi persatuan dan mengutamakan keberagaman demi keutuhan Bangsa.

Karena historis sosial politik itu yang demikian akhirnya membuat generasi bangsa Indonesia berikutnya bahkan generasi saat ini banyak yang tidak kenal dengan sosok, figur apalagi karya pemikiran serta jasa-jasa Bung Karno kepada bangsa dan negara Indonesia. Hal yang tersisa dari memori kolektif bangsa Indonesia pada umumnya hanya mengenal Bung Karno sebagai Proklamator dan Presiden Republik Indonesia Pertama, bahkan tidak sedikit yang menyimpulkan dan selalu dan selalu mengaitkan Bung Karno dengan PKI dan Komunisme.

Maka perlu di ingatkan kepada teman-teman se-Organisasi yakni kader- kader GMNI, bahwa dalam materi ke-GMNI-an kita di doktrin bukan hanya semata untuk mengetahui pikiran-pikiran besar Bung Karno tentang Pancasila 1 Juni 1945 dan Marhaenimse tetapi juga harus mampu mengaplikasikan perjuangan dan partisipasi ide dan gagasan Bung Karno itu melalui sosialisasi ditingkat formal maupun non formal sekaligus mengklarifikasi tuduhan- tuduhan yang dimainkan oleh Orde Baru terhadap sukarno, kepada masyarakat luas. Karena peran sentralnya dalam melahirkan Pancasila sebagai dasar negara tidak akan dapat diterima begitu saja, tanpa lebih terdahulu mengajak semua pihak untuk menjernihkan pikiran dan menghilangkan skeptisisme terhadap siapa, apa dan bagaimana sesunggunhya sosok dari pemikiran-pemikiran Bung Karno.

Soekarno pernah berkata dalam konferensi besar GMNI di Kaliurang, (Yogyakarta 17 Februari
1959). “Marhaenis adalah setiap pejuang, patriot bangsa yang mengorganisasi berjuta-juta kaum Marhaen. Yang bersama-sama dengan tenaga rakyat Marhaen hendak menumbangkan sistem yang menindas yang tidak berprikemanusian dan berkeadilan, yang bersama-sama rakyat Marhaen untuk membangun negara dan masyarakat yang kuat, bahagia, adil, sentosa dan makmur.” Maka sangat
disayangkan jika kita biarkan tuduhan-tuduhan itu terus berlangsung. Saya akan merasa bersalah dan rugi jika saya selaku kader GMNI mendengarkan ungkapan dan tuduhan itu dan saya tidak melakukan pembelaan terhadap Bung Karno. “Bung Karno Adalah Pejuang Pemikir- Pemikir Pejuang”.(**).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *