Gawat! Stunting Tersebar di 32 Desa Wilayah Halmahera Barat, Ini Cara Megatasinya

Gawat! Stunting Tersebar di 32 Desa Wilayah Halmahera Barat, Ini Cara Megatasinya
Djufri Muhamad. (Foto Istimewa).

Jailolo, Beritadetik.id – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mencatat kasus stunting tersebar di 32 desa wilayah Kabupaten Halmahera Barat dalam sepanjang tahun ini.

“Dari 32 desa yang terdapat kasus stunting tersebut, kecamatan Jailolo Selatan lebih tinggi dari Kecamatan lainnya,”kata Ketua TPPS Halbar, Djufri Muhamad kepada beritadetik.id.

Dia bilang saat ini Tim Penurunan Angka Stunting (TPPS) mulai aksi melakukan pencegahan stunting di titik Lokus yang ditetapkan.

Bacaan Lainnya

“Ini baru dilakukan tim audit dalam rangka melakukan investigasi ke lapangan sekaligus melakukan pencegahan,”katanya.

Orang nomor dua di Pemkab Halbar mengatakan, tim yang tergabung dalam TPPS itu dari Dinkes Halbar. Selanjutnya, tim akan bekerja untuk penanganan.

“Jadi tim itu tergabung dari Gizi, Kesehatan dan dokter. Mereka akan bekerja sama dengan kepala Puskesmas dan Para Kader di desa untuk mengindentifikasi angka kasus tersebut,”tutur Wabub Halbar itu.

Ditanya presentase kasus stunting yang sejauh ini sudah terdata oleh Tim, kata dia sejauh ini, angka stunting di Kabupaten Halbar dalam sepanjang tahun 2022 sudah mencapai 30 persen dibandingkan dengan data tahun 2021 yang baru di posisi 27 persen.

“Kami targetkan agar dalam tahun 2022 ini bisa turun pada 14 persen dari 30 persen saat ini,”ucap dia.

Selaku Wabup, Djufri memaparkan  kelemahan dalam pencegahan ada pada dua faktor, pertama pengiriman data kasus stunting dan kedua soal aksi di lapangan.

“Yang menjadi kelemahan kita dalam penanganan itu ada dua aspek, pertama soal data tidak dikirim, dan kedua soal langkah aksi di lapangan,”terangnya.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat malnutrisi, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial pada 1.000 hari pertama umur anak.

Hal ini berbahaya karena bisa menimbulkan gangguan fungsi tubuh yang permanen hingga anak dewasa, seperti gangguan perkembangan otak.

Gejala utama stunting adalah tubuh yang pendek atau kerdil. Sayangnya, masyarakat banyak menganggap anaknya pendek karena faktor keturunan.

Hal ini membuat mereka tidak melakukan apa-apa untuk mencegah atau mengoreksi kondisi tersebut. Padahal, stunting adalah kondisi yang bisa dicegah.

Penyebab stunting

Dilansir dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, terdapat tiga faktor penyebab stunting sebagai berikut:

1. Pola makan

Penyebab utama stunting adalah rendahnya akses pada makanan yang bergizi.

Makanan yang beragam dengan gizi lengkap sangat penting untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan.

Idealnya, satu porsi makanan terdiri dari setengah piring buah dan sayur, setengah piring lagi protein dan karbohidrat, dengan perbandingan protein lebih banyak dari karbohidrat.

Sayangnya, tidak semuanya sadar untuk melakukannya dan seringkali memberikan menu yang sama sehingga asupan gizi tidak lengkap dan seimbang.

Jika terjadi dalam waktu yang lama, maka akan memicu malnutrisi.

2. Pola asuh

Faktor yang kedua yang menyebabkan stunting adalah pola asuh yang dipengaruhi perilaku.

Pola asuh ini berkaitan dengan kurangnya edukasi dan kesadaran ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan gizi janin dan bayi yang baru lahir.

Wanita remaja sebagai calon ibu perlu mengetahui bagaimana memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan memberi stimulasi bagi janin.

Selain itu, setelah bayi lahir, ibu harus melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan berupaya agar bayi mendapatkan kolostrum.

Selama 6 bulan pertama bayi hanya meminum ASI saja. Setelah lewat dari 6 bulan, bayi masih boleh diberikan ASI hingga 2 tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, bayi harus diberikan asupan makanan pendamping ASI (MPASI) serta dipantau tumbuh kembangnya dengan membawanya ke Posyandu.

3. Sanitasi dan akses air bersih

Stunting bisa disebabkan oleh terbatasnya akses air bersih dan rendahnya sanitasi.

Dengan begitu, anak menjadi rentan terkena infeksi. Sesuai dengan pengertian stunting dari World Health Organization (WHO), bahwa salah satu penyebab stunting adalah terkena infeksi berulang kali.

Contoh nyata perilaku yang menunjukkan rendahnya sanitasi dan sulit akses air bersih adalah buang air sembarangan serta belum terbiasa untuk mencuci tangan.

Cara mencegah stunting

Menurut Data Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen pada tahun 2021.

Pemerintah terus berupaya untuk melakukan beberapa intervensi untuk menurunkan prevalensi dengan target 14 persen pada tahun 2024.

Berikut ini beberapa cara mencegah stunting:

  • Memenuhi gizi sejak kehamilan
  • Memeriksakan kesehatan ibu hamil secara rutin ke dokter atau bidan
  • Memberikan ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
  • Memberikan MPASI yang sehat
  • Memantau tumbuh kembang anak
  • Menjaga kebersihan lingkungan, terutama di rumah.***

Penulis : Hasbi Salasa
Editor : Ridho Arief

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *