Bedah Air Tanah Pulau Ternate, RPJPD dan RPJMD Wajib Lakukan Ini

Focus Group Discussion (FGD) Selamatkan Air Tanah Ternate, Kamis (1/9/2023).
Focus Group Discussion (FGD) Selamatkan Air Tanah Ternate, Kamis (1/9/2023).

Beritadetik.id – Komunita Besa ma Cahaya Kota Ternate menggelar Focus Group Discussion (FGD) Selamatkan Air Tanah Ternate, Kamis (1/9/2023).

FGD ini sebagai bagian dari tindak lanjut kegiatan sedekah air hujan yang dilaksanakan komunitas Besa ma Cahaya baik di Kota Ternate maupun Pulau Mayau dan Tifure.

FGD dipusatkan di Kedai Sinar Gemilang, Kelurahan Jati, Kota Ternate menghadirkan narasumber Mahdani mewakili Kasatker OP BWS Malut, Plt Dirut Perumda Ake Ga’ale Muhammad Syafei, Kabid PPKL DLH Kota Ternate Syarif Tjan, Peneliti Air Tanah Universitas Khairun Ternate Dr. Rahim Ahmad dan Zulkifli, Founder Besa Ma Cahaya.

Bacaan Lainnya

FGD ini juga melibatkan peserta dari anggota DPRD Kota Ternate – BPDAS, BMKG, OPD, Organisasi non pemerintah, akademisi dan para penerima bantuan iPAH.

“FGD ini puncak dari rangkaian kegiatan yang kami laksanakan dalam rangka memeriahkan HUT Ke-78 Kemerdekaan RI. Ini juga bagian dari pelaksanaan Program Replikasi Kalpataru Tahun 2023 yang saya terima,” jelas Zulkifli.

Sebelum FGD berlangsung diserahkan secara simbolis bantuan 4 unit iPAH kepada para penerima bantuan. Keempat iPAH itu dibangun melalui pendanaan Program Replikasi Kalpataru Tahun 2023 dan Program Sedekah Air Hujan.

“Program Replikasi Kalpataru sifatnya stimulan hanya bisa dibangun 1 unit iPAH, sedangkan 3 unit iPAH lain melalui Program Sedekah Air Hujan,”katanya.

Sementara untuk FGD adalah memberikan gambaran ketersediaan dan pengelolaan sumber daya air di Kota Ternate, menginventarisasi permasalahan dan solusi penanganannya.

Melalui FGD ini juga disosialisasikan Instalasi Pemanfaatan Air Hujan yang terintegrasi dengan Lubang Injeksi Air Hujan (iPAH lia Hujan).

Output FGD ini adalah rekomendasi pengelolaan sumber daya air di Kota Ternate baik dari aspek hukum maupun teknis yang akan disampaikan kepada Pemerintah secara berjenjang dan stake holder terkait.

Menurutnya, bicara ketersediaan dan pengelolaan sumberdaya air di Kota Ternate bukan hanya di Pulau Ternate saja, tapi juga Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau dan Pulau Tifure yang dari tahun ke tahun sebagian warganya mengalami kendala mengakses air bersih yang berkelanjutan.

Tidak semua sumber air warga di sana bisa dikonsumsi untuk minum dan masak. Warga harus mengambil air layak dari sumber- sumber yang lain.

“Kami dari Besa Ma Cahaya sangat bahagia bisa melaksanakan FGD ini karena dihadiri narasumber dan peserta yg memberikan tambahan banyak referensi dari berbagai perspektif terkait ketersediaan dan pengelolaan airtanah,” jelas Zulkfili.

Referensi-referensi itu menjadi ikhtiar bersama terkait ancaman krisis air bersih di Kota Ternate yang merupakan kota pulau kecil apalagi dikaitkan dengan perubahan iklim global yang dampaknya telah dirasakan.

Dalam FGD itu Zulkifli turut menyampaikan terima kasih kepada para pihak seperti Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, BWS Maluku Utara dan Dirut BPRS Bahari Berkesan yang telah mendukung dan bantuannya melalui Program Sedekah Air Hujan.

“Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga FGD ini bisa berjalan dengan lancer,” tutupnya.

Beberapa pihak yang diundang dalam FGD ini turut memberi apresiasi atas apa yang telah dilakukan Zulkifli bersama komunitas Besa ma Cahaya selama ini.

Pendeta Fileks Talakua tokoh agama Pulau Tifure yang hadir dalam FGD tersebut, menyampaikan apresiasi atas apa yang dilakukan Besa ma Cahaya.

Dia bilang Zulkifli tidak hanya punya gagasan tetapi juga aksi dalam tingkat praksis yang mengingatkan semua pihak bahwa Kecamatan Batang Dua juga bagian dari Ternate sehingga penting juga diperhatikan.

Perlu dilakukan riset agar arah kebijakan tepat sasaran. Berkaitan dengan air tanah bukan hanya soal menyimpan tetapi juga mengkonsumsi.

“Air bersih menjadi kebutuhan masyarakat termasuk kami di Batang Dua. Air di sana mengandung zat kapur khususnya di Tifure dan sangat tinggi karena itu butuh riset untuk diketahui kelayakan dan dampaknya secara kesehatan. Di sana air bersih terkadang di distribusi dari Bitung dengan harga Rp30 ribu/per gelon. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama,” katanya.

Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kota Ternate Junaidi A Bahrudin yang hadir FGD itu menyampaikan bahwa hal seperti ini perlu dilalukan dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan.

Tujuannya agar permasalahan pengelolaan sumber daya air di kota Ternate bisa menjadi arus utama perencanaan pembangunan daerah ke depan.

Apalagi dalam waktu dekat Pemkot Ternate akan menyusun dokumen {Perda Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota ternate.

Sehingga itu perlu didorong isu-isu pengelolaan sumber daya air dan konservasi air tanah ke dalam perencanaan jangka panjang. Demikian halnya penyusunan RPJMD 5 tahun ke depan.

“DPRD Kota Ternate harus mendorong Bapeltibangda agar fokus melakukan riset terkait permasalahan air bersih di Kota Ternate,” harapnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *