Buku Karangan Arafik Tentang Perang Pasifik Pemekaran dan Pembangunan Morotai Dibedah

Arafik A Rahman Penulis Buku Perang Pasifik Pemekaran dan Pembangunan, foto: (ul/beritadetik.id).
Arafik A Rahman Penulis Buku Perang Pasifik Pemekaran dan Pembangunan, foto: (ul/beritadetik.id).

Morotai, beritadetik.id – Buku Perang Pasifik Pemekaran dan Pembagunan yang ditulis oleh Arafik A Rahman dibedah para Aktifis, Akademisi dan oleh sejumlah tokoh pemekaran di Kabupaten Pulau Morotai.

Launceng dan bedah buku tentang “Perang Pasifik Pemekaran dan Pembangunan” itu, digelar di Irama Coffee Desa Pandanga Kecamatan Morotai Selatan, Sabtu 20 Agustus 2022 malam.

Arafik seorang penulis juga Aparatur Sipil Negara (ASN), yang sering disapa Opickh dalam bedahnya meggatakan, dirinya menulis buku tersebut sekitar empat ratus halaman kurang lebih 1 tahun.

Bacaan Lainnya

Ia minta agar generasi mudah bangkit kembali membuka karangan William Manchester yang menulis tentang Mac Rrthur Sang Penakluk.

“Didalam buku tersebut ada yang berdara-dara seperti Walter Kruger seorang perwira jenderal asal Amerika yang mendampingi Mac Arthur pada peperangan waktu itu,” papar Arafik.

Misalkan lanjut Arafik Robert Row dalam (Stepping Stone To Philippines), bisa dibaca karena disitu ada beberapa lembaran dalam buku itu yang menceritakan tentang Morotai.

Dikatakan, Awal Sail Morotai 2012 dirinya menjadi juru pandu di Pariwisata saat itu, dihadapan 46 tamu Ambassador (duta besar) luar negeri.

“Ada sekitar 3000 (tiga ribu) pesawat tempur MIG-17 yang terparkir di areal Desa Wawama, ratusan Kapal dan Tank Amfibi yang berhamburan,”jelas Arafik pada saat itu di hadapan Ambassador yang megunjugi Pulau Morotai.

Dari sejarah itulah ia sebagai salah satu pemuda yang terobsesi untuk menulis apa yang pernah terjadi di Pulau Morotai, dirinya juga ingin meggangkat nama besar Morotai hingga ke kanca internasional lewat (The Land Of Jenderal).

Selain itu, ia berharap Pariwisata dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah menggembangkan minat baca tulis dan seluruh lokawisata harus ada identitas sejarah.

“Morotai dikenal hanya karena sejarahnya bukan soal tempat wisat yang masih juga banyak di daerah lain, tetapi sesuatu yang tidak di miliki daerah-daerah lain adalah peningalan Perang Dunia II,”tutupnya. (red.)

Peliput: M. Bahrul Kurung

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *