Dinamika Sepak Bola Pulau Morotai

Oleh :

Bung Opik

Sepak bola adalah instrumen perekat bangsa itu yang di sampaikan oleh Tan Malaka. pengertian sepak bola menurut Encyclopedia Britannica adalah permainan yang melibatkan dua tim yang terdiri dari 11 pemain yang mencoba mengarahkan bola ke gawang tim lawan.

Bacaan Lainnya

Kita tak bisa pungkiri bahwa sepak bola termasuk olahraga paling populer di dunia.

Sepak bola juga disebut sebagai “rajanya” olahraga dengan jumlah penonton di dunia mencapai 3,5 miliar dilansir situs web Ballerstatus.com, Banyak kejuaraan bergengsi di dunia yang mempertandingkan tim-tim sepak bola.

Sepak bola mengungguli cabang olahraga populer lainnya seperti kriket, bola basket, tenis, dan juga bola voli. Kini, hampir masing-masing daerah di suatu negara, termasuk Indonesia, memiliki klub sepak bola unggulannya sendiri. Klub-klub sepak bola tersebut akan berupaya menampilkan permainan yang baik dan profesional agar mendapatkan prestasi.

Sebetulnya pada ajang Bupati cup II pulau Morotai juga yang di inginkan adalah prestasi dan profesionalitas pertandingan. Bukan banyaknya problematika yang terjadi baik di luar lapangan dan di dalam lapangan akhir-akhir ini. Misalnya saat Morotai City vs Perseda Weda FC yang berakhir 1-0. Namun Ada gool yang diciptakan ke gawang Adiyaksa FC itu dianulir oleh wasit sehingga tak syah. Yang kemudian dikomplain oleh MCity dengan “melayangkan surat protes” dilampirkan bukti video ke Panitia pertandingan dan Ascab pulau Morotai. Sebab menurut mereka gool yang terjadi itu Sebetulnya Syah. Tetapi tak tau proses itu sejauh mana dan Weda FC terus melaju ke putaran selanjutnya.

Lalu di putaran selanjutnya antara Desnelan FC vs Persida Weda, jelang babak kedua juga ada sedikit protes pemain Desnelan kepada perangkat pertandingan (lesmen) yang dinilai fakum atau pasif. Tetapi dapat dilerai dan pertandingan kembali berjalan hingga selesai dengan skor 3-0 untuk Weda FC.

Kemudian di putaran ke 4 fase gugur pada pertandingan terakhir, protes keras kembali terjadi antara Adiyaksa FC vs Darpan FC. Tim official dan Manager Adiyaksa FC melayangkan surat gugatan kepada asprov dan panitia pertandingan kabupaten yang berakhir kedua tim imbang 1-1. Lalu diputuskan oleh panitia bahwa kedua lolos ke fase berikutnya.

Padahal sebetulnya itu adalah fase gugur namun kedua tim dinyatakan lolos. Yang mungkin saja dengan pertimbangan pertandingan itu draw dan tak ada pertandingan susulan atau ulang karena saat bertanding wasit telah meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.

Padahal sebetulnya, ketika protes Adiyaksa FC itu harus diletakkan pada objek persoalan gool. Apakah itu gool atau tidak? Bukan soal menang atau kalah? Kedua tim berpeluang lolos. Namun, kalau diputuskan gool maka skor draw dan dilanjutkan sisa waktu yang belum dimainkan. Bahkan sampai adu pinalti untuk menentukan siapa pemenangnya? Sebab logisnya yang namanya fase gugur itu harus ada yang gugur.

Dari situlah saya melihat ada celah yang menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Terbukti ketika all star FC vs Adiyaksa FC pada pertandingan pertama setengah kompetisi “10 besar”. Ketika All Star FC kalah 2-0, mereka tak tangguh – tangguh melayangkan protes.

Dengan alasan Adiyaksa FC telah kalah, Kenapa masuk lagi? Akhirnya panitia berhadap-hadapan dengan All Star FC. Memang saat memutuskan dua tim lolos ke fase selanjutnya itu cela sebetulnya.

Sore tadi tepatnya tanggal 27 Januari 2022, pukul 15.00 wit tim dan Oficial All Star FC kembali mendatangi stadion Merah putih. Mereka melakukan protes dan akhirnya pertandingan antara Perseda Daeo vs Perseda Weda kembali ditunda. Kita tak dapat menyalakan Tim yang menggugat, karena yang terjadi sistem dan mekanisme-nya yang telah keluar dari aturan turnamen sepakbola yang sesungguhnya.

Jadi tak heran jika rentetan protes diluar mekanisme pun selalu terjadi. Jadi hipotesa saya meyakinkan bahwa kompetisi ini, bukan sebagai ajan untuk mencari pemain dan klub berkualitas namun lebih pada sekedar menjadi juara dan sebagai hobi saja. Kalau soal bentrok suporter itu hal biasa dalam sepakbola yang tak biasa adalah benturan mekanisme dan prosedur di lapangan hijau. Coba kita lihat di Eropa bentrok suporter di ajang final liga Champions beberapa waktu lalu:

Menjelang laga final Liga Champions. Fans Manchester City dan Chelsea saling bentrok di Porto, Portugal. Man City vs Chelsea tersaji di partai pamungkas Liga Champions 2020/2021. Kedua tim dijadwalkan berebut trofi Si Kuping Besar pada Minggu (30/5/2021) dini hari WIB, di Stadion Dragao, Porto. Laga final Liga Champions ini digelar secara terbuka dan dapat dihadiri para penggemar di stadion. UEFA memberi jatah sebanyak enam ribu tiket untuk masing-masing tim.

Suporter Manchester City dan Chelsea pun mulai berdatangan ke Porto sejak tengah pekan ini. Gesekan antar suporter kedua tim asal Inggris itu terjadi pada Kamis (27/5) malam waktu setempat. laporan Mirror, fans Man City dan Chelsea baku hantam di luar bar di tepi Sungai Douro, Portugal. Kedua kubu saling melempar botol minuman dan kursi, serta menciptakan kegaduhan. Tetapi pertandingan itu tetap jalan dan Chelsea keluar sebagai juara liga Champions 2021.

Suporter kedua tim juga terlibat bentrokan dengan polisi setempat yang berupaya menutup bar pukul 22.30 malam, sebagai langkah penyebaran virus Corona. Banyak fans tidak menyadari bahwa ada aturan jam malam ketat untuk minum-minum di Portugal.

Dalam insiden terpisah, penggemar Man City dan Chelsea kembali bentrok di jalanan pusat kota Porto. Kedua basis suporter terlibat perkelahian setelah jam malam pukul 22.30, atau tepat ketika mereka hendak kembali ke hotel. Namun Polisi kembali turun tangan guna melerai perkelahian suporter Manchester City dan Chelsea. Petugas keamanan lagi-lagi harus bentrok dengan para penggemar sebagai upaya membubarkan massa.

Begitu juga dengan bentrok antara suporter Darpan FC vs Basanohi FC itu Sudah menjadi biasa dalam sepakbola. Yang perlu ditingkatkan yaitu sangsi, penataan pembatas suporter dan perkuat pengamanan jelang pertandingan.

Saran saya, mari kita junjung sportivitas dan fair play. Ayo panitia, pengawas dan perangkat pertandingan harus lebih tegas mengambil keputusan tetapi berdasarkan mekanisme dan prosedur sepakbola yang sesungguhnya. Jangan sampai kedepan tak ada tim-tim dari luar yang datang mengikuti turnamen di Morotai.

Mari kita lepaskan semua egoisme dan kedepankan rasionalitas demi masa depan sepakbola pulau Morotai yang profesional dan berkualitas. Jangan kita wariskan sebuah budaya sepakbola yang sekedar sebagai hobi saja, dan berujung pada saling protes.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *