Debat kandidat adalah upaya untuk menampilkan apa Visi-misi, program kerja dan kecakapan calon pemimpin (kandidat). Dari situlah rakyat menentukan pilihannya. Meski publik Morotai hanya bisa menyaksikan debat kandidat melalui siaran televisi tvOne, tetapi hampir semua mengikutinya seakan-akan debat di laksanakan di Pulau Morotai.
Begitu suasana sepi terlihat di jalanan kota, karena semua orang fokus menonton debat, yang di selenggarakan kemarin sekitar pukul 16.30 waktu Indonesia timur.
Kami menyaksikan jalannya debat, semuanya seru termasuk waktunya yang sangat pendek. Disitu paling seru waktunya, waktu terbatas. Saya mengamati kedalam argumentasi dari masing-masing kandidat; baik dari kekompakan, pilihan ide, duel argumen dan tanya jawab.
Kandidat nomor urut 03 Rusli Sibua sedikit lebih menyerang dan beberapa kali melontarkan argumentasi yang tajam, sementara Samsudi Banyo memilih narasi yang normatif dan sensasional.
Disusul Deny Garuda dengan memfokuskan pada take line “Lanjutkan”. Kandidat DG-Kubais terlihat kehilangan ide otentiknya. Mereka mestinya menawarkan terobosan baru untuk menambah sesuatu yang lebih spektakuler dari sekadar “lanjutkan”. Tetapi itulah power utama DG-Kubais dengan take line “Lanjutkan” mampu menghipnotis basis fanatik Mendiang BL. Dan mungkin saja menambah suara, bisa iya, bisa tidak.
Dengan gaya mendaur ulang program mendiang BL, DG-KUBAIS sepertinya tak menghiraukan serangan lawan. Denny Garuda hanya menginginkan agar publik memahami apa yang dia sampaikan adalah bagian dari Estafet program Benny Laos kemarin.
DG melontarkan Pertanyaan yang terlihat datar kepala Paslon 02 dan 03, “apa strategi anda membuang Morotai jika terpilih?” Tetapi Kedua Paslon menjawab dengan argumentasi cukup menerkam, ya begitulah fungsi debat. Serangan adalah indentitas debat.
Menariknya SB tampil normatif dengan take line “sinergi” gaya khas gerakan refleks tangannya dalam menjelaskan ide otentiknya. Sembari merajut simpati publik untuk bersama SB Jadi membangun Morotai dengan sinergitas kekuatan di masa depan.
Kolaborasi kandidat nomor urut 02 ini terlihat apik, yang sesekali memberikan kesempatan untuk wakilnya mempertajam argumen. Jhudy R Dadana juga sosok yang mematikan argumentasi lawan ketika berbicara.
Di debat pertama melalui siaran RRI Ternate, pasangan ini mampu menampilkan kekompakan yang mendekati sempurna. Dan itu masih terlihat di debat kedua semalam.
Kemudian sedari awal gestur RS sepertinya ia ingin tampil menerkam, betul memang argumennya menikam 01 DG-Kubais. Sehingga debat terlihat seru, ketiga paslon saling serang dengan membandingkan masa lalu dengan Morotai hari ini.
Kata Rusli “Sulit bagi mereka yang belum bikin tapi mudah bagi yang sudah bikin” dan silahkan berpikir di masa saya lebih senang atau saat di masa BL”. RR dengan take line “Morotai sejahtera”.
Ketiga argumentasi Paslon ini, butuh kesadaran dan ketepatan berpikir, untuk menentukan pilihan kita tanggal 27 November nanti. Meminjam pikiran Rusli Sibua.
Debat itu sepertinya sangat seru jika waktunya memadai, tapi sayangnya kesepakatan KPUD hanya memberikan waktu terlalu singkat sekitar 1, 5 untuk menyampaikan Visi-misi dan bertanya hanya 1 menit.
Saya kira deadline waktunya bukan untuk debat kandidat tetapi sekadar mengugurkan agenda saja. Padahal mestinya atau normalnya bagus 3 sampai 8 menit.
Hemat saya, panelis yang buat soal belum terlalu tajam untuk mengangkat problematika di Morotai akhir-akhir ini. Mungkin karena yang menyusun soal tidak terlalu memahami tentang Morotai.
Untungnya dengan sesi tanya jawab membuat masalah terangkat dan debat semakin menarik. Meski waktu menjadi hakim yang memotong argumen.
Jadi silahkan rakyat Morotai menentukan pilihannya dengan rasional dan analisis yang tajam, siapa yang terbaik dan layak memimpin kabupaten Pulau Morotai periode 2024-2029.
Di penghujung tulisan ini, saran saya untuk KPUD Morotai, lain kali libatkan akademis Universitas Pasifik dalam menyusun soal dan pertanyaan kandidat.
Biar ada upaya mengoptimalkan sumberdaya manusia dan sekaligus mempromosikan Universitas Pasifik Morotai. Masa kepala SKPT Daeo saja bisa kong Rektor dan ketua Yayasan Unipas tra bisa.? Tapi begitulah kewenangan mereka (KPUD Pulau Morotai).