Refleksi Pemekaran Pulau Morotai: Mengenang sosok “Imam Lastori”

Ditulis oleh Bang Opickh (Penulis Buku)

 

Imam Lastori. Nama yang heroik. Se-heroik sang pahlawan nasional asal Maluku Utara Salahuddin Bin Talabudin. Seorang Imam di masjid desa Gotalamo; berbudi luhur, penyejuk, ramah dan bersahaja. Sepanjang hidup memuliakan masjid. Jarang alpa di setiap hajatan keagamaan apalagi tahlilan. Membuatnya dikenai seatero kota Daruba kala itu.

Bacaan Lainnya

Siapa sebenarnya Imam Lastori? Nama lengkapnya Muhammad Saleh Lastori. Lahir di desa Daeo, Morotai Selatan sekitar tahun 1921. Dari keluarga yang sederhana menapaki hidup yang diselimuti religiusitas. Sejak kecil, diterpa badai dan gelombang kehidupan yang deras seperti umumnya keluarga yang penuh kesederhanaan.

Setiap hari pergi ke kebun, menanam, memanen, menanam dan memanen lagi untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Begitulah sirkulasi keseharian imam Lastori di masa kecilnya bersama orang tuanya di desa Daeo. Hari, Minggu, bulan dan tahun berlalu. Umurnya bertambah, ketekunan untuk beribadah semakin Istiqomah.

Ia hidup dengan motto “Lebih baik mengalah daripada bermasalah, lebih baik berdamai daripada bermusuhan”. Tak heran namanya mendapat predikat imam. Ketika beranjak dewasa, ia bertemu dengan seorang wanita asal desa Gotalamo namanya Aslamiah Kurung. Membuatnya menetap di desa Gotalamo Morotai Selatan bersama istri tercintanya.

Kehidupan rumah tangganya berjalan penuh liku tapi harmoni. Di karuniai 10 orang anak; lima laki-laki dan lima perempuan (satu meninggal). Di desa Gotalamo itulah, ia mengawali karirnya sebagai imam besar di masjid Gotalamo yang merupakan salah satu masjid terindah setelah masjid agung Ar Rahman di Pulau Morotai.

Seiring waktu, frekuensi mobilitasnya tinggi. Ia mulai mendapatkan tempat di panggung politik, dengan niat menebarkan kebaikan dan memperjuangkan nasib masyarakat Pulau Morotai. Sehingga ia berlabuh di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan berhasil menjadi anggota DPRD kabupaten Maluku Utara, dapil Halmahera Utara sekitar tahun 1990.

Tak sampai disitu, Imam Lastori memiliki sebuah mimpi untuk masa depan Pulau Morotai. Mimpinya mungkin setara dengan Plato yang menginginkan sebuah “negara Utopia” negara yang kehidupannya harmoni dan penuh keadilan. Yang hari ini ini mimpinya terwujud dengan menjadi Morotai sebagai kabupaten baru di provinsi Maluku Utara.

Mimpinya di mulai ketika Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Pulau Morotai. Mega datang dengan kapal, misinya rekonsiliasi Perdamaian tragedi berdarah Maluku dan Maluku Utara yang kita kenal “Kerusuhan”. Pada pertemuan di Polsek Morotai Selatan, tanggal 26 April tahun 2000. Di celah-celah kesibukan penjemputan Megawati, Imam Lastori menyempatkan cerita tentang keinginan masyarakat Pulau Morotai untuk memekarkan wilayahnya.

Akhirnya pada acara pertemuan dengan semua elemen masyarakat kala itu, Megawati Soekarnoputri dengan terbuka di hadapan masyarakat dan rombongannya. Beliau menyampaikan bahwa “nanti Morotai akan di jadikan sebagai Kota Otorita untuk menjemput era globalisasi di asia Pasifik. Dari situ, perjuangan Pemekaran Pulau Morotai mulai di dengungkan.

Di tahun 2001, Imam Lastori manggil beneran tokoh masyarakat dan pemuda untuk membentuk Tim perjuangan Pemekaran yang diketuai oleh beliau sendiri. Gerakan di tahun 2001 itu, dikenal sebagai etape pertama, tetapi hanya berhasil menjadikan Morotai sebagai kawasan ekonomi khusus atau “Free Treat Zone” di bawah pemerintahan Halmahera Utara tahun 2003.

Tetapi semangat perjuangan Pemekaran belum berakhir, Imam Lastori terus berinisi, mempengaruhi masyarakat, roko agama, tokoh pemuda dan mahasiswa untuk terus berjuang menjadikan Morotai sebagai kabupaten baru. Semangat yang kedua kalinya itu, berhasil membentuk Tim penyusun naskah teks deklarasi untuk di bacakan saat kedatangan DPRD Halmahera Utara, bertempat di pasar cita atau sekarang taman kota Daruba tahun 2006.

Perjuangan itu memuncak pada tanggal 29 Oktober tahun 2008, Morotai resmi diketuk sebagai daerah otonomi baru oleh DPR RI komisi II, yang kemudian diundang dalam UU nomor 53 tahun 2008 tentang kabupaten Pulau Morotai. Selanjutnya agenda peresmian diatur, Mentri dalam negeri Mardianto bersama rombongan tiba di Morotai dan hari itu juga peresmian dilaksanakan, tanggal 20 Maret tahun 2009.

Terimakasih yang tak terhingga kepada sang maestro pemekaran kabupaten Pulau Morotai, Hi Muhammad Saleh Lastori. Semoga segala amal mu diterima oleh Allah SWT dan nama serta jasa-jasa mu dikena g oleh masyarakat kabupaten Pulau Morotai kini, nanti dan selamanya.

Begitulah penggalan kisah tentang sesosok manusia yang hidupnya penuh dengan kerendahan dan kesederhanaan. Pertanyaannya apakah generasi muda saat ini, mengenal dan mengenang beliau? Biarkan sejarah yang menjelaskan semua itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *