129 Suporter Aremania Tewas, Negara Harus Bertanggung Jawab

Sepakbola Berakhir Rusuh di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu Malam, 1 Oktober 2022. (Istimewa).

Beritadetik.id – Sepakbola yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan Malang antara Arema FC vc Persebaya Surabaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 berakhir rusuh dan mengakibatkan 129 suporter Aremania tewas bergelimpangan di stadion.

Melalui siaran pers yang digelar YLBH dan LBH Kantor Seluruh Indonesia, diungkapkan sementara data identifikasi jumlah korban meninggal naik 153 jiwa.

“Sesuai laporan pada pukul 07:30 WIB pagi tadi terdapat 153 korban tewas atas tragedi stadion Kanjuruhan semalam,”ucap Muhamad Isnur perwakilan YLBHI sebagai narasumber siaran pers.

Bacaan Lainnya

Atas dasar itu, YLBH dan LBH kantor seluruh Indonesia melalui Koordinator LBH Surabaya Pos Malang Daniel sebagai narahubung dalam siaran pers itu menyampaikan, pihaknya turut merasa bela sungkawa sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.

Berdasarkan kronologi yang dijelaskan, bahwa sejak awal panitia mengkhawatirkan pertandingan ini, hingga meminta kepada Liga (LIB) agar pertandingan diselenggarakan sore hari untuk meminimalisir resiko.

“Tetapi sayangnya pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari, “kata

Awalnya pertandingan berjalan lancar hingga selesai, hingga kemudian kerusuhan terjadi setelah pertandingan dimana terdapat supporter memasuki lapangan dan kemudian ditindak oleh aparat.

Dalam video yang bereda lanjut Daniel, pihaknya melihat terdapat kekerasan yang dilakukan aparat dengan memukul dan menendang suporter yang ada di lapangan. Ketika situasi suporter makin banyak ke lapangan, justru kemudian aparat melakukan penembakan gas air mata ke tribun yang masih banyak dipenuhi penonton.

“Kami menduga bahwa penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use force) melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian masa yang tidak sesuai prosedur menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan”pungkasnya.

Lebih lanjut kata dia, penggunaan Gas Air mata yang tidak sesuai dengan Prosedur pengendalian massa mengakibatkan suporter di tribun berdesak-desakan mencari pintu keluar, sesak nafas, pingsan dan saling bertabrakan.

“Hal tersebut diperparah dengan over kapasitas stadion dan pertandingan big match yang dilakukan pada malam hari hal tersebut yang membuat seluruh pihak yang berkepentingan harus melakukan upaya penyelidikan dan evaluasi yang menyeluruh terhadap pertandingan ini, “jelasnya.

“Padahal jelas penggunaan gas Air mata tersebut dilarang oleh FIFA. FIFA dalam Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19 menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa dalam stadion, “sambung Daniel.

Untuk itu pihaknya melihat tindakan aparat dalam kejadian tersebut bertentangan dengan beberapa peraturan sebagai berikut, diantaranya;

1. Perkapolri No.16 Tahun 2006 Tentang Pedoman pengendalian massa.
2. Perkapolri No.01 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.
3. Perkapolri No.08 Tahun 2009 Tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara RI.
4. Perkapolri No.08 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan Huru-hara.
5. Perkapolri No.02 Tahun 2019 Tentang Pengendalian Huru-hara.

“Maka atas pertimbangan di atas, kami menilai bahwa penanganan aparat dalam mengendalikan masa berpotensi terhadap dugaan Pelanggaran HAM dengan meninggalnya lebih dari 150 Korban Jiwa dan ratusan lainnya alami luka-luka, “tegas Daniel.(red).

Tuntutan:

1. Mengecam Tindak represif aparat terhadap penanganan suporter dengan tidak mengindahkan berbagai peraturan, terkhusus Implementasi Prinsip HAM POLRI;

2. Mendesak Negara untuk segera melakukan penyelidikan terhadap tragedi ini yang mengakibatkan Jatuhnya 153 Korban jiwa dan korban luka dengan membentuk tim penyelidik independen ;

3. Mendesak Kompolnas dan Komnas HAM untuk memeriksa dugaan Pelanggaran HAM, dugaan pelanggaran profesionalisme dan kinerja anggota kepolisian yang bertugas;

4. . Mendesak Propam POLRI dan POM TNI untuk segera memeriksa dugaan pelanggaran profesionalisme dan kinerja anggota TNI-POLRI yang bertugas pada saat peristiwa tersebut;

5. Mendesak KAPOLRI untuk melakukan Evaluasi secara Tegas atas Tragedi yang terjadi yang memakan Korban Jiwa baik dari masa suporter maupun kepolisian;

6. Mendesak Negara cq. Pemerintah Pusat dan Daerah terkait untuk bertanggung jawab terhadap jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan, Malang.

 

Editor: Awan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *