Setelah Dugong Mati Terdampar, Paus Sperma Raksasa Kembali Hebohkan Warga Morotai Jaya

Paus Sperma yang terdampar di Desa Hapo, Kecamatan Morotai Jaya, Jumat (25/3/2022).|| Foto : (ul/beritadetik.id).

Morotai, beritadetik.id – Setelah seekor dugong atau duyung ditemukan mati di pesisir pantai Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan pada Selasa pekan lalu, kini warga Morotai Jaya, Pulau Morotai, Maluku Utara, kembali dihebohkan dengan penemuan seekor paus sperma terdampar di wilayah setempat.

Mamalia dengan ukuran 100 kilogram dan panjang 2,5 cm tersebut ditemukan terdampar dalam kondisi sudah dalam keadaan mati di pantai Desa Hapo, Kecamatan Morotai Jaya, Jumat (25/3/2022).

Koordinator Wilayah Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) Kabupaten Pulau Morotai, Fachruddin M Banyo menjelaskan, fenomena mamalia laut yang mati dan terdampar di pesisir pantai wilayah Morotai ini sudah berulang kali terjadi.

Bacaan Lainnya

“Kejadian serupa sudah berulang kali. Bahkan pada hari Selasa kemarin juga terjadi hal yang sama,”kata Fachrudin Banyo yang juga Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup DLH Morotai.

Dikatakan menyangkut temuan seekor paus sperma yang terdampar ini, pihaknya telah melaporkan hal itu ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam.

Sesuai data yang dikantongi, jumlah kematian mamalia laut seperti Paud dan Duyung di Morotai dari tahun 2017 sampai Maret 2022 sudah mencapai 10 kasus.

“Data kematian Mamalia seperti Duyung dan Paus di perairan dangkal Pulau Morotai itu tersebar di pulau-pulau kecil dan pesisir pantai, mulai dari Desa Galo-galo, Wayabula, Raja, Cio, Cendana, Wawama, hingga Juanga,”terangnya.

Terkait hal ini, dirinya selaku Koordinator Wilayah Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia ISPIKANI Morotai meminta kepada Balai Konservasi dan instansi terkait termasuk perguruan tinggi untuk melakukan riset dan penelitian terkait kematian dugong dan paus di Morotai saat ini.

“Fenomena tersebut kalau dibiarkan akan membuat jenis mamalia ini terancam punah populasi dan habitat duyung di Kawasan Konservasi Perairan Morotai, mulai dari Tanjung Dehegila sampai Pulau Rao,”ungkap Fachrudin.

“Taufik Sibua sebagai Pemerhati Publik, membenarkan hal itu 3 eko ikan atau mama liya laut mati berturut-turut di perairan pesisir pantai Morotai, selang waktu berdekatan, Dinas Perikanan Dan kelautan kemana aja,”ucapnya.

Fachrudin menyampaikan masalah ini pihaknya belum dapat mengetahui secara pasti penyebabnya, apakah karena limbah sampah di laut yang mengakibatkan kerusakan pelestarian laut sehingga ikan banyak yang mati atau karena ada penyebab lain.(ul/red).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *