Hina Warga Morotai, Cagub Malut Terpilih Sherly Tjoanda Dikecam

Beritadetik.id – Mantan pengurus Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Morotai (Hippmamoro) Maluku Utara periode 2010-2011, Fandi Hi. Latief, memberikan respons keras terhadap Calon Gubernur terpilih Sherly Tjoanda yang merendahkan masyarakat Morotai dalam sebuah podcast viral di media sosial.

Dalam video tersebut, Sherly menceritakan alasan mendiang suaminya, Benny Laos, memutuskan untuk maju sebagai Bupati Morotai pada tahun 2016.

“Waktu itu dia cerita sambil berkaca-kaca betapa dia melihat orang tua-tua makannya cuma indomie, tidurnya beralaskan kardus, dia cerita ampe nangis,” ungkap Sherly.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, kondisi memprihatinkan warga Morotai itulah yang mendorong mendiang suaminya ingin memperbaiki kesejahteraan masyarakat di pulau tersebut.

Namun, pernyataan Sherly justru menuai kritik dan dianggap meremehkan kondisi masyarakat Morotai. Banyak yang menilai bahwa ungkapan “makan indomie” dan “tidur di kardus” terlalu menyederhanakan masalah kemiskinan yang kompleks di daerah tersebut.

Fandi dengan tegas membantah pernyataan tersebut. Ia menegaskan bahwa gambaran yang dilukiskan Sherly sama sekali tidak mencerminkan realita yang sebenarnya. Masyarakat Morotai, menurutnya, memiliki daya juang yang tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang melimpah.

“Pernyataan Sherly sangat tidak mendasar dan menyedihkan. Ini merupakan bentuk pembohongan publik sebagai bagian dari proses pencitraan Sherly, yang merendahkan harkat dan martabat masyarakat Morotai,” ujar Fandi, Kamis (26/12).

Fandi juga menyoroti perkembangan ekonomi Morotai setelah menjadi kabupaten baru. Ia menjelaskan bahwa dalam kurun waktu 2012-2016, kondisi ekonomi masyarakat mengalami peningkatan yang signifikan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berbagai program pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Pernyataan Sherly justru kontras jika dibandingkan dengan kondisi saat ini. Setelah tahun 2016, ekonomi Morotai justru mengalami penurunan dan banyak masyarakat yang memilih untuk merantau,” tegasnya.

Ia meminta agar Sherly bertanggung jawab atas pernyataannya yang dinilai telah merusak nama baik masyarakat Morotai. Ia berharap agar pernyataan seperti ini tidak terulang kembali dan tidak menimbulkan stigma negatif terhadap daerah tersebut.

Eks Dosen Universitas Pasifik (Unipas) Morotai ini tegas menyebut pernyataan tersebut sebagai “pembohongan publik” yang sangat mencederai martabat masyarakat Morotai.

“Masyarakat Morotai tidak pernah menjadikan mie instan sebagai makanan pokok. Kami kaya akan sumber daya laut seperti ikan tuna, lobster, dan ikan karang segar,” tegas Fandi.

Ia membantah klaim Sherly tentang masyarakat Morotai yang tidur beralaskan kardus. “Kami memiliki kearifan lokal yang kuat, menggunakan tikar tradisional dari bahan alami,” lanjutnya.

Dalam penilaian Fandi, pernyataan Sherly sangat tidak pantas, apalagi sebagai seorang publik figur yang pernah tinggal di Morotai. Ia pun meminta Sherly untuk segera mengklarifikasi pernyataan tersebut dan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Morotai.

“Pernyataan yang tidak didasarkan pada fakta dapat menimbulkan dampak negatif yang luas,” ujar Fandi.(ul)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *