Jakarta – Direktur Indonesia Anti-Corruption Network (IACN), Igrissa Majid mengaku tertarik dengan pernyataan calon gubernur Maluku Utara Aliong Mus saat debat publik terkahir pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubenur Maluku Utara (Malut).
“Dalam pembahasan komitmen penegakan supremasi hukum, Paslon AM-SAH dalam penyampaiannya sangat jelas dan tepat,”katanya, usai mengikuti proses debat yang digelar di kantor kompasTv, Kamis (21/11/2024).
Terkait itu, atas nama Indonesia Anti-Corruption Network (IACN) mengajak masyarakat Maluku Utara untuk memilih kandidat yang memiliki rekam jejak yang baik pada pemilihan Gubernur Maluku Utara 2024-2029, yang akan digelar 27 November mendatang.
Rekam jejak itu menurut Direktur IACN, Igrissa Majid, merupakan kriteria penting bagi masyarakat Maluku Utara untuk memilih pemimpin yang dapat mengelola tata pemerintahan yang akuntabel dan transparan.
“Pertama, adalah soal karakter dan visi misi calon harus searah dengan rekam jejaknya. Kedua, penting untuk melihat langkah dan program kerja ketika nanti terpilih, apakah itu dapat terukur dan rasional atau tidak untuk mencapai peningkatan fiskal daerah. Ketiga, komitmennya untuk mencegah praktik-praktik korupsi dalam tatanan birokrasi sehingga dapat mewujudkan clean and clear dalam pemerintahan,” Kata Igrissa.
Selanjutnya Igrissa juga bilang bahwa keberpihakan kandidat kepada isu-isu korupsi di Maluku Utara harus menjadi prioritas, karena Indeks Monitoring Center for Prevention (MCP) Maluku Utara saat ini berada di angka 49, tertinggal dari provinsi lain.
“MCP Ini mengukur optimalisasi dan mendorong upaya pencegahan korupsi, sementara angka 49 itu menunjukkan ada ketertinggalan dari sisi perencanaan, penganggaran, pelayanan publik, optimalisasi pajak, dll, karena itu perlu kesadaran penuh dari kepala daerah yang akan terpilih untuk menekan ketertinggalan,” ujarnya.
Di sisi lain, saat ditanya soal siapa Pasangan Calon (Paslon) yang paling siap untuk mewujudkan pemerintahan yang akuntabel, Alumni Academy Anti-Corruption ini mengemukakan bahwa kriteria tersebut justru kembali kepada komitmen Paslon.
“Justru saya mau bilang begini, ini saya objektif saja ya dan saya bukan Timses dari keempat kandidat, tetapi dari keempat Paslon tersebut justru saya lihat Paslon Aliong-Mus lebih siap untuk itu, salah satu statement yang terdengar jelas adalah bersangkutan berkomitmen untuk membangun kemitraan dengan APH, seperti KPK misalnya,” katanya.
Terkait dengan komitmen itu, Igrissa mengakui dirinya tertarik dengan misi pencegahan korupsi di tubuh pemerintahan yang akan dilakukan Paslon Aliong-Sahril, sebagaimana disampaikan Paslon Nomor urut 04 ini di sesi debat ketiga yang berlangsung di Jakarta, pada Kamis (21/11/2024).
“Karena jarang sekali bahkan pada umumnya calon maupun kepala daerah yang sudah terpilih tidak berani mengambil kebijakan semacam itu, ya mungkin saja jiper, karena masalah korupsi bukan saja terletak pada kerugian negara, melainkan pada aspek kebijakan yang secara implementatif kerap merugikan masyarakat,” pungkasnya ketika ditemui awak media di bilangan Jakarta Selatan.
Alumni STHI Jentera ini berharap siapapun yang akan terpilih tidak membudayakan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang selama ini dianggap suatu kewajaran dalam kekuasaan.
“Itu poinnya, sebab praktik korupsi itu tidak berdiri sendiri, dan perlu diketahui bahwa berbagai jenis tindak pidana korupsi salah satu hulunya berkelindan dengan praktik kolusi dan nepotisme,” paparnya.
Tidak sampai di situ, Igrissa juga memaparkan bahwa praktik korupsi berelasi langsung dengan jaringan, baik kelompok dan golongan dalam siklus kekuasaan tanpa mempertimbangkan risiko hukum yang akan menjerat.
“Sebagai pegiat anti korupsi, saya melihat ada keserupaan semacam itu di Maluku Utara, sehingga masyarakat setempat menjadi dilema di tengah jebakan kekuasaan yang korup, karena itu saya memberi dukungan secara moral kepada Paslon yang serius menciptakan pemerintahan yang transparan,” tutup Igrissa.(*).