Beritadetik.id – Pendeta Jacob Matheis Soselisa menilai figur Aliong Mus sangat pantas dan layak untuk memimpin Maluku Utara. Penilaian ini karena Aliong dianggap sosok yang berkontribusi dalam menjaga kedamaian dan kerusakan umat beragama di Taliabu.
Hal disampaikan Pdt. Jacob saat dipercayakan memimpin doa pada kegiatan kampanye calon gubernur Aliong Mus di Desa Wosia, Kecamatan Tobelo Tengah, Halmahera Utara, (4/11/2024) malam.
“Bapak kekasih kami Pak Aliong Mus, ini saya sampaikan kesaksian sejarah. Ketika kita mengalami konflik horizontal di Maluku Utara, satu-satunya daerah yang tidak mengalami konflik adalah Taliabu,”katanya.
Menurut kesaksiannya, lanjut Jacob, bahwa saat konflik horizontal Maluku Utara, Aliong Mus ikut menjadi bagian dari anak muda yang mengawal, serta mengamankan semua umat kristen Gereja Protestan Maluku (GPM) yang ada di Pulau Taliabu.
“Sudara-sudara saya mau bilang bahwa orang Taliabu itu luar bisa, bisa menerima perbedaan. Orang Taliabu luar bisa, ketika kita tidak bisa mengendalikan suasana pada waktu itu, justru di Taliabu hidup dalam kedamaian, padahal umat Kristen di sana tidak banyak dan kecil jumlahnya,”jelasnya.
“Maka tidak berlebihan kalau hari ini sebagai tokoh agama, saya menyampaikan terima kasih kepada pak Aliong, kepada pak AHM, kepada ibu kekasih Ibu Alien, dan kepada seluruh masyarakat Taliabu, karena mereka bisa melindungi umat (Kristen) pada saat itu,”ungkap Jacob.
Alumni Sekolah Tinggi Theologia GPM ini juga menegaskan apa yang disampaikannya tersebut merupakan fakta sejarah yang tidak bisa dibantah.
Sosok Aliong Mus di matanya adalah calon pemimpin yang memiliki pemikiran dan pemahaman tentang arti sebuah perbedaan.
“Saya harus bilang bahwa tidak sedikit pemimpin-pemimpin kita yang sedikit ke kiri dan ke kanan. Sedikit sekali pemimpin kita yang punya pikiran nasionalisme yang bisa menerima perbedaan sebagai bagian dari kekayaan yang harus kita olah untuk membangun, dan itu adalah pak Aliong yang sudah menjadi bupati,”katanya.
“Hari ini pak Aliong maju sebagai calon Gubernur Maluku Utara, menurut saya figur yang pantas karena Maluku Utara ini butuh pemimpin yang paham tentang arti dari pluralisme atau perbedsaan,”jelasnya.
Dikatakan untuk membangun Maluku Utara yang damai dan sejahtera ke depan, maka semua masyarakat punya peran dan tanggung jawab yang sama. Tidak harus membedakan Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan (SARA).
“Kita tidak bisa membangun Maluku Utara ini secara sendiri. Semua kita punya tanggung jawab, ada doa di Gereja Umat Kristen, ada doa-doa di Masjid, kita punya tanggung jawab yang sama untuk menciptakan negeri yang aman dan sejahtera, dan karena itu pemimpin yang kita lahirkan bukan karena baku fitnah,” tutupnya.(*).