Kanwil DJPB Sebut Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Tertinggi Kedua di Indonesia

Perwakilan Kementerian Keuangan, Provinsi Maluku Utara, saat menggelar kegiatan di Aula KPP Pratama Tobelo, Jumat (31/5/2024).

Beritadetik.id – Perwakilan Kementerian Keuangan, Provinsi Maluku Utara, kembali melaksanakan agenda rutin media briefing di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.

Acara yang dihadiri seluruh perwakilan instansi vertikal Kementerian Keuangan di Maluku Utara, serta media masa di Halmahera Utara berlangsung di Aula KPP Pratama Tobelo, Jumat (31/5/2024).

Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil DJPB, Muhammad Priandi, mengungkapkan kondisi dan isu global perlu jadi perhatian.

Bacaan Lainnya

Dijelaskan, hingga April 2024, aktivitas ekonomi domestik masih terjaga baik. Inflasi domestik terkendali, tetapi kenaikan harga pangan perlu diantisipasi, sehingga terus konsisten dilaksanakan.

“Untuk kondisi regional Maluku Utara, kinerja positif APBN terus berlanjut dalam mendukung pemulihan ekonomi regional dan melindungi masyarakat di daerah tersebut,”katanya.

Muhammad mengungkapkan kondisi perkembangan ekonomi di Maluku Utara, dimana pada Triwulan I Tahun 2024, masih menguat dan menjadi tertinggi kedua di Indonesia, meksipun mengalami deselerasi dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya.

“Berdasarkan data BPS, laju PDRB pada Kuartal I Tahun 2024 secara year on year tumbuh kuat sebesar 11,88% (yoy) meskipun mengalami kontraksi secara kuartal sebesar 2,71% (qtq),”jelasnya.

Selain itu, lanjut dia, melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan sektor-sektor yang menjadi penopang utama ekonomi mengalami deselerasi pertumbuhan akibat aktivitas hilirisasi
nikel tidak semasif tahun-tahun sebelumnya.

Kemudian, pada April 2024, laju inflasi Maluku Utara tercatat sebesar 2,93% (yoy),
menurun dari bulan sebelumnya dan berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 3,00% (yoy).

Untuk Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 3,14% (yoy) dan Kabupaten Halmahera Tengah sebesar
1,91% (yoy). Komoditas beras, cabai rawit, bawang merah, bahan bakar rumah tangga menjadi komoditas utama penyumbang inflasi April 2024 secara yoy.

Dari sisi neraca perdagangan, surplus neraca perdagangan masih terus berlanjut dan berada pada angka USD734,41 juta untuk April 2024 yang masih didominasi oleh komoditas feronikel di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Selain itu, ekspor Maluku Utara berasal dari oksida nikel, nikel matte, bijih besi, hasil perikanan, serta hasil perkebunan.

Dari sisi Impor bulan April 2024 tercatat sebesar USD262,10 juta yang sebagian besar berasal dari komoditas pembangunan smelter berupa mesin-mesin serta bahan baku mineral pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Untuk indikator kesejahteraan, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami tren penurunan pada tiga tahun terakhir. Per Februari 2024, TPT tercatat sebesar 4,16%, turun 0,44% poin dibandingkan dengan Februari 2023.

Ditambah lagi, sektor primer di Maluku Utara, tepatnya pada sisi kesejahteraan petani dan nelayan, Nilai Tukar Petani (NTP) secara gabungan pada April 2024 berada di angka 104,16 tumbuh 0,49% poin jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Sedangkan jika dirinci, pada April 2024, NTP Gabungan Tanpa Perikanan tercatat sebesar 104,54 naik 0,54% (mtm) dengan Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang tercatat sebesar 98,22 turun sebesar 0,43% (mtm) yang terjadi karena penurunan harga pada beberapa komoditas ikan.

Saat ini, Muhammad Priandi menyampaikan isu strategis adalah terkait dengan potensi pengembangan rumput laut di Maluku Utara.

Provinsi maritim ini sebagai daerah dengan luasan laut yang dominan memiliki potensi pengembangan rumput laut yang cukup besar.

Fenomena kehilangan tutupan pohon di Maluku Utara sebanyak 258,9 ribu hektar dalam kurun waktu 2021-2023 menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan khususnya dalam pengaruhnya terhadap pemanasan global.

Tak hanya itu, dampak aktivitas pertambangan juga menyebabkan efek seperti perubahan benteng alam akibat pembukaan lahan yang sebelumnya.

“Perubahan iklim juga berdampak pada sektor pertanian, salah satunya dibuktikan dengan tren penurunan produktivitas padi dan beras yang disebabkan karena pengurangan lahan pertanian akibat adanya konversi lahan pertanian menjadi areal perumahan dan pertambangan,” ungkap Priandi.

“Tingkat produktivitas petani yang menurun karena penurunan luas panen diiringi dengan biaya produksi pertanian yang meningkat, membuat petani enggan untuk bekerja karena hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan usaha,” tambahnya.

Selain itu, perubahan iklim juga berpengaruh pada sektor perikanan, khususnya terkait dengan wilayah tangkapan ikan yang semakin jauh karena tercemarnya sejumlah area pesisir di Pulau Halmahera.

Perwakilan Kementerian Keuangan juga menyampaikan insight berjudul “Menggagas Kie Raha Marathon Sebagai Potensi Ekonomi Baru di Maluku Utara”.

Menurut Priandi, dengan kekayaan alam Maluku Utara yang memiliki tempat wisata memukau, kaya sejarah, dan budaya yang unik, tentunya menjadi sebuah kesempatan untuk dapat memaksimalkan potensi itu dengan mengadopsi model acara olahraga yang berhasil menarik perhatian internasional. Seperti, Borobudur Marathon yang dapat mendorong perputaran uang.

Meskipun terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi, baik itu infrastruktur yang masih terbatas, kurangnya minat untuk mempromosikan sektor pariwisata, dan perlu perencanaan dan persiapan
dalam waktu yang cukup panjang, tetapi pengembangan pariwisata berbasis olahraga ini dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

“Peningkatan promosi, pengembangan festival budaya, menjalin kemitraan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan infrastruktur dapat menjadi strategi penyelenggaraan Kie Raha Marathon,” pungkasnya.(mik/red).

Peliput : Maikel Sumtaki
Editor   : Ridho Arief

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *